Pages

Minggu, 26 Februari 2012

From Bandung With ....

Ini kisah tentang perjalananku ke Bandung, tanggal 25 Februari 2012.


Melangkahkan Kaki 

Sempat ada keraguan untuk melangkahkan kaki ini ke Terminal Bus Lebak Bulus, ada rasa lelah dan sedikit ke khawatiran apa yang akan terjadi nanti, tapi tak lama perasaan itu segera kutepis jauh-jauh. Kupikir ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan, sudah lama aku tak ke Kota Kembang.

Saat terbangun , disampingku masih ada dua temanku yang tertidur, mereka memang paling susah untuk urusan bangun pagi, sekalipun terbangun oleh suara adzan shubuh atau gemericik keran air wudhu, mereka seakan enggan untuk berdiri, lebih memilih untuk melanjutkan mimpi indah yang mungkin sempat terpotong tadi.

Pukul 8 pagi kupersiapkan diri untuk perjalanan ini, semua barang-barang yang sekiranya nanti akan kugunakan disana segera kumasukkan kedalam tas. Kupikir kali ini tak perlu membawa laptop, untuk sejenak kutinggalkan urusan pekerjaan dan fokus pada liburan di Bandung.
Perut ini terasa lapar, segera kumasak dua buah mie rebus dan telur, wah rasanya terlalu banyak porsinya, tapi toh ujung-ujungnya tetap kuhabiskan. Menjelang pukul 9 pagi, kubuka pintu gerbang dan melangkah pergi, menanti Metromini yang akan membawaku ke Terminal Lebak Bulus, jaraknya tak memakan waktu lama, hanya sekitar 15 menit.

Sebuah bus Primajasa dengan jurusan Lebak Bulus - Bandung berjejer di Terminal, ini bus yang akan kugunakan untuk pergi ke Bandung, cukup lama ternyata untuk menunggu penumpang lain, tapi beruntunglah tak harus menunggu sampai bis dalam kondisi penuh. Kurang lebih 15 menit kemudian bis meninggalkan Terminal Lebak Bulus secara perlahan. 

Jalanan ibu kota tampak ramai seperti biasanya, sesekali bus berhenti untuk menaikkan penumpang lain di sepanjang jalan. Bus berjalan secara perlahan, menanti kemungkinan ada penumpang lain yang mungkin masih tersisa, kemudian masuk ke Tol tidak lama kemudian.

Menyusuri jalan tol ibu kota di waktu libur kadang tidak jauh berbeda dengan hari-hari kerja, selalu ada antrian yang cukup panjang dan bunyi-bunyi klakson tanda menguji kesabaran. Bus melewati kawasan Terminal Kampung Rambutan, masih berjalan secara perlahan seperti terseok-seok, menanti penumpang lain yang hendak menuju ke arah yang sama, Bandung.

Bus Primajasa yang kunaiki kini berjalan dengan kecepatan yang cukup tinggi, melewati kawasan Jati Bening kemudian meninggalkan Ibu Kota Jakarta. Butuh waktu sekitar 3-4 jam untuk sampai di Bandung. Disepanjang perjalanan sesekali ku membuka twitter dan Google +, hanya sekedar untuk mengecek kabar teman-teman disana. 

Kudengarkan mp3 lagu-lagu Inka Christy untuk menemani perjalanan kali ini, Cinta Kita, Jangan Pisahkan, Nafas Cinta, tak lupa pula dengan lagu-lagu Nike Ardilla, Bintang Kehidupan, Biarkan Cinta Berlalu, Nyalakan Api. Lagu-lagu ini meskipun bukan tercipta pada generasiku, tapi justru memiliki ikatan emosional yang mendalam. Sebuah lagu Dibatas Kota ini, Tommy J Pisa berputar saat memasuki kawasan Bekasi Barat. Sebuah lagu yang mengisahkan tentang perpisahan. Hal yang lazim dalam kehidupan ini, bertemu untuk berpisah, berpisah untuk bertemu kembali. Dua peristiwa ini selalu mewarnai liku kehidupan ummat manusia. Terlahir untuk kemudian Meninggal, dan Meninggal untuk kemudian bertemu dengan Sang Khalik.

Bus Primajasa semakin stabil dengan kecepatannya, memasuki kawasan Cikarang kusenderkan diri untuk mencoba memejamkan mata, sambil tetap menikmati alunan melodi-melodi resonansi masa lalu. Ada ketenangan disini, dinginnya AC yang terpancar dari atas kepalaku cukup membuatku nyaman waktu itu. Mata ini terpejam.

Kumatikan mp3 kemudian mengaktifkan mobile network untuk mengetahui posisiku saat ini, tak lupa kukirimkan sebuah pesan melalui Whatsapp Messenger kepada teman di Bandung yang minggu lalu telah kuhubungi. Ah.. ternyata masih cukup lama, kucoba untuk memperhatikan jalanan disekitar, sepertinya sudah memasuki tol Cipularang. Jalanan didominasi dengan perbukitan-perbukitan sepi seperti tak berpenghuni, area pesawahan yang terhampar luas dan perkebunan menjadi pemandangan yang cukup memanjakan mata untuk orang-orang yang terbiasa tinggal di Jakarta. Saat itu sengaja kubuka applikasi Google Latitude untuk mengetahui posisi teman yang terdekat, ah ternyata jaraknya masih sekitar 23 KM lagi. 

Aku tak mencoba untuk merebahkan diri lagi, mata ini dimanjakan dengan pemandangan hijau disepanjang jalan tol Cipularang, sesekali kumelihat ada orang-orang yang menjual buah Rambutan di sepanjang tol yang mengarah ke jalan Tol Jakarta-Cikampek. Mereka berharap akan ada yang membeli buah Rambutan mereka dari mobil-mobil yang melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Mereka percaya, selalu ada rejeki dimanapun di bumi Allah ini.

Bus Primajasa yang kunaiki berbelok di KM 132, keluar melalui pintu tol Pasir Koja, antrian cukup panjang, plat kendaraan rata-rata adalah D,B,Z dan terkadang kulihat E. Sesaat setelah keluar tol ada beberapa penumpang yang turun, ah ternyata tiba-tiba bau ikan asin menyelinap ke dalam Bus saat pintu terbuka. Begitu kutanyakan pada temanku via SMS disitu memang dekat dengan pasar.

Entah kenapa hati ini seperti bergetar saat kulihat jarak di Google Latitude hanya tinggal beberapa Kilometer saja dengannya. Sampai tiba di terminal Leuwi Panjang, kulihat posisiku melalui Latitude ternyata hanya sekitar 1 KM saja dengannya, nafasku semakin terengah seperti tak percaya. Namun segera kutepis perasaan itu dan menghubungi temanku yang akan menjemput. Aku sebetulnya tak berniat untuk bertemu dengannya di kunjungan kali ini, meskipun semalam sempat berfantasi untuk berkumpul bersama.

Kusempatkan diri untuk mencicipi kuliner di sekitar Terminal Leuwi Panjang, Ketupat Tahu kali ini menjadi pilihanku, sudah bertahun-tahun aku tak pernah memakan makanan ini lagi, selama aku di Jakarta dan Bekasi, belum pernah sekalipun melihat ada yang menjual Ketupat Tahu, rata-rata yang akan kutemui adalah Ketoprak. Kurang lebih 15 menit kemudian aku bertemu dengan temanku dari jejaring sosial Google +, sebelumnya memang kami pernah bertemu di Jakarta dalam acara Kopi Darat, tapi kali ini kusempatkan diri untuk berlibur di sini, Kota Kembang. Dengan sepeda motor kami berdua meninggalkan Terminal Leuwi Panjang ke arah Buah Batu.

Kedatanganku di Bandung disambut dengan mendung yang cukup tebal, hujan telah menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Sesampainya di kostan teman, ku rebahkan diri sambil menikmati cemilan yang sempat dibeli di minimarket tadi. Kurencanakan selama dibandung sebetulnya hanya untuk bertemu dengan dua temanku, sore itu kami sepakat untuk ngobrol-ngobrol santai di Cafe Ngopi Doeloe, tempat yang mirip seperti Starbuck Coffee. 

Surprise

Sama sekali aku tak berpikir akan kedatangan orang lain waktu itu, tak pernah ada janji dan obrolan sebelumnya denganku, sesampainya di Cafe Ngopi Doeloe aku kedatangan orang yang istimewa, kehadirannya seperti dualisme bagiku, antara kuinginkan dan kuhindari. Toh kalaupun kuniatkan diri ini ke Bandung untuk bertemu dengannya pasti sudah kurencanakan masak-masak pertemuan itu. Tapi tidak kali ini, semuanya hanya berjalan dengan fantasiku, bukan dengan nalar dan kesadaranku.

Senyum manisnya tersungging dengan indah, saat itu aku hanya bisa terdiam sambil memandangnya untuk pertama kali, kemudian hanya tertunduk memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini. Semalam, ini semua hanyalah fantasi, untuk bisa bertemu dengannya tanpa meminta, untuk bisa menyentuh kesejukan tatap matanya tanpa harus berucap satu katapun. Tapi sekarang..? detik ini..? semua itu tersaji dihadapanku, sungguh diam-diam kuberterimakasih atas konspirasi kali ini, konspirasi untuk kedatanganmu yang tiba-tiba.

Aku tak tahu harus berucap syukur atau beristighfar atas sikapmu, aku hanya merasakan kehangatan atas kehadiranmu waktu itu. Terkadang mata ini bertindak nakal, melihat sejuknya wajahmu dari pantulan kaca meja saatku meminum kopi bandrek sore itu. Hanya aroma jahe yang menyengat yang mengaburkan pandanganku.

Kau nampak menjadi sosok pendiam waktu itu, sama seperti diriku yang menjelma seperti robot, menunggu pemegang remote kontrol untuk menekan tombol-tombol perintah untuk bersuara, menyapamu hanya sekedar memecah keheningan, bertanya tentang apapun hanya sekedar mengalihkanmu dari si Putih yang terus kau genggam. Andai kau tahu.

Waktu terus berlalu mempertemukan dua insan yang akrab di dunia maya dan bertemu untuk pertama kali di dunia nyata, diam-diam aku bersyukur atas kehadiranmu yang tiba-tiba, diam-diam aku berharap esokpun kau akan hadir secara tiba-tiba kembali, entah dimana aku tak peduli, yang penting kau disana.

Menjelang adzan maghrib kita berpisah, ada rasa kelabu yang merasuk kedalam jantungku, mendung seperti langit Bandung waktu itu. Untuk sesaat kumerindukanmu, merindukan orang yang bahkan masih ada didepanku. Andai waktu bisa kuhentikan. Nalarku semakin berontak dengan fakta yang kutahu bahwa kau telah menikah, sikapmu selama ini hanya semakin menyuburkan benih-benih cinta yang tertanam. Hatiku berontak beristighfar tetapi juga menunduk oleh kehangatan sikapmu.

Sebuah pertemuan singkat yang membawa kesan mendalam, kehadirannya yang tiba-tiba semoga tidak berakhir dengan kepergiannya yang tiba-tiba. Jalanan kota Bandung semakin diguyur oleh hujan ringan, membasahi telapak tanganku, membangunkanku dalam lamunan atas apa yang telah terjadi. Semoga esok kita bertemu lagi.

Madtari

Gerimis tipis mengiringi perjalanan kami berdua ke sebuah tempat kuliner di kawasan Pasirkaliki, Bandung. Untung saja jaket yang kugunakan dapat menahan terpaan angin malam yang cukup menusuk ke tulang. Kami sempatkan diri untuk mengunjungi Gedung Sate, jalanan Bandung makin dipenuhi oleh muda-mudi yang ingin melewatkan malam dengan kekasih mereka, nampak sangat macet dan tidak jauh berbeda dengan suasana di kota Jakarta. Pandanganku terpaku pada ornamen berupa sate pada menara sentralnya. Gedung yang penuh dengan sejarah dimasa penjajahan Belanda ini kini tersaji di depanku. Suasana sangat ramai, untuk pertama kalinya aku menikmati suasana seramai ini didepan sebuah kantor Gubernur. Jalanan dipenuhi dengan mobil-mobil yang berderet, ditambah dengan ratusan penjaja makanan dan ribuan motor yang sedang berkumpul di sekitar Lapangan Gasibu. Hujan tipis yang setia mengguyur Bandung semalaman tak dihiraukan, seolah sirna oleh gemerlap Kota Kembang dengan segala harmoninya.

Bandung memang surga kuliner, apalagi dengan kondisi malam minggu, hampir semua tempat makan di Bandung dipenuhi dengan orang-orang yang ingin memanjakan perut mereka, termasuk oleh kami bertiga. Sebuah tempat makan bernama Madtari menjadi pilihan kami malam itu, tempat yang sederhana namun memiliki begitu banyak pelanggan, kebanyakan anak-anak muda yang terbiasa nongkrong ditempat ini, sekedar untuk melepas lelah dengan beban kerja ataupun kuliah.
Menu disini sederhana, hanya menyediakan makanan seperti Roti Bakar, Mie Rebus, Mie Goreng dan aneka minuman hangat dan dingin. Entah apa yang membuat tempat ini begitu ramai.
Roti bakar dan Jahe Merah menjadi santapanku malam itu, Kedua temanku lebih memilih Internet (Indomie Telor Kornet) untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam, Bandung masih setia dengan hujannya yang terus mengguyur, sesekali gerimis kemudian hujan lebat. Madtari masih disibukkan dengan para pelanggannya yang tetap ramai meski malam semakin larut, tempat ini memang buka selama 24 Jam. Guyuran hujan mengiringi kepergianku dari Madtari ke tempat kost di Buah Batu.

Kuliner kuliner dan kuliner

Minggu pagi di Bandung ternyata tidak sedingin minggu pagi ditempatku, Kuningan, Jawa Barat, mungkin karena disini masuk ke wilayah perkotaan, udara dingin khas bumi parahyangan tak sampai menusuk ke tulang. Sambil ditemani menonton acara televisi, aku dan temanku mengobrol santai dengan mata yang masih berat untuk terbuka. Ada susu coklat dan makanan yang entah itu apa namanya yang dibeli oleh temanku.

Bandung kota yang kaya akan kuliner, mungkin ini juga yang menjadi daya tarikku kali ini, menikmati kuliner yang terjejer di Kota Kembang. Tempat berikutnya yang akan di kunjungi adalah sebuah kawasan kuliner bernama Dapur Kita, tak jauh dari Lapangan Gasibu. Masih seperti biasa, kawasan kuliner di kota ini selalu ramai dipadati pengunjung. Diam-diam aku merindukan suprise untuk kedua kalinya, merindukan kehadiranmu yang tiba-tiba untuk kedua kalinya, hatiku seolah mengamini konspirasi seperti yang terjadi kemarin sore.

Ah semuanya ternyata tidak terjadi, hari itu aku benar-benar hanya berfantasi. Seporsi makanan dan juss jambu merah ukuran jumbo menjadi santapan pagi dan siangku waktu itu, porsi juss nya sungguh diluar yang kubayangkan. Waktu menunjukkan hampir pukul 1 siang, Bandung masih tetap setia dengan hujan yang terkadang mengguyur tanpa kenal waktu. Kami memutuskan untuk sholat dzuhur, sempat terlintas dipikiranku untuk menunaikan sholat dzuhur di Mesjid Raya Bandung, namun ternyata jaraknya terlalu jauh, akhirnya temanku mengusulkan untuk sholat dzuhur di Mesjid Salman, kampus Institut Teknologi Bandung.

Pelataran parkir basah oleh guyuran hujan, beberapa mahasiswa nampak menikmati suasana siang itu dengan mencicipi berbagai makanan di dekat Mesjid. Untuk pertama kalinya aku melangkahkan kaki di mesjid ini, mesjid yang dulu hanya kudengar dari acara-acara televisi atau hanya sebatas kisah di jejaring sosial. Segera kuambil air wudhu dan menunaikan sholat dzuhur.

Rasa dingin mengalir seperti membasahi relung hati, ada rasa syukur yang tak terkira kulimpahkan disini, tiba-tiba mulutku secara refleks berkata "Ya Allah, terima kasih telah menuntunku sampai ke Mesjid ini" hatiku tenang, otakku terus berputar akan ingatan-ingatan masa lalu, entah kenapa seperti ada ikatan batin antara aku, kampus ITB dan Mesjid Salman. Aku bahkan bukan mahasiswa ITB atau perguruan tinggi lain di Bandung, dan ini kunjungan pertamaku kesini. Wallahu'alam mungkin Allah berkenan menjawabnya nanti.

Jakarta

Selesai sholat dzuhur di Mesjid Salman ITB, aku memutuskan diri berpamitan untuk pulang ke Jakarta, kalau terlalu sore dari sini kemungkinan jalanan ke Jakarta akan semakin macet parah. Dengan sepeda motor aku diantar sampai ke terminal Leuwi Panjang, sebuah bus Primajasa dengan tulisan Lebak Bulus - Bandung masih menunggu penumpang lain.
Suasana bus tampak lebih ramai kali ini, seperti ada sesuatu yang hilang saat kurebahkan diri, ada rasa enggan untuk berpisah dengan kota ini. Entahlah, apa karena dirinya..? apa karena suasana dan keramahan orang-orangnya..? hal ini masih menjadi rahasia, bahkan untuk diriku sendiri, yang kurasakan adalah kenyamanan saat bertemu dengannya di Cafe waktu itu. Sejuk kurasakan saat memandang wajahnya.

Bus perlahan berjalan meninggalkan kawasan Terminal Leuwi Panjang, beberapa penjaja makanan yang dari tadi berlalu lalang didalam bus mulai tak terdengar suaranya, senyap, kini yang ada suara deru mesin Bus yang halus. Aku memilih untuk tertidur selama perjalanan ke Jakarta, mencoba menghitung berapa dosa yang telah banyak kulakukan, dosakah aku..? dosakah aku yang kini semakin merasa jatuh cinta padamu..? Aku terlelap tanpa musik, membawa kenangan ini terbang ke alam mimpi, menantikan fantasi-fantasi lain dan menjadikannya sebuah realita kehidupan, menjelma menjadi sebuah pertemuan dan keakraban.

Aku, hanya bisa mencurahkannya lewat tulisan, lidahku kelu hanya untuk berkata "I Love You" . From Bandung With ...

Kamis, 23 Februari 2012

Camelia dan Pecel lele

Warung makan pecel lele mungkin sudah sangat lazim di daerah Jakarta, begitupun di daerah tempat saya bekerja, kawasan Tanah Kusir Jakarta Selatan. Biasanya saya dan teman-teman makan disini setelah maghrib atau isya, kebetulan letaknya memang tidak cukup jauh. Ini hanya sekedar berbagi cerita tentang kehidupan saya sehari-hari, maybe tidak ada yang menarik, hehe.. tapi tidak ada salahnya juga untuk disimak. :D

Saya dan teman kantor biasanya makan pecel lele di dua tempat, di tempat yang paling dekat dengan letak kantor dan satu tempat lagi jaraknya cukup jauh. Ada satu pengalaman menarik, entah kenapa suatu malam saya memimpikan gadis yang merupakan anaknya penjual pecel didekat kantor, sejujurnya bagi saya dia memang berwajah manis, dan berjilbab. Sialnya mimpi ini saya ceritakan ke teman-teman kantor. Ah... esoknya beredarlah gosip dikantor. Waktu itu saya memang sering memutar lagu Camelia nya Ebiet G Ade, lagi-lagi mungkin memang pada dasarnya teman-teman dikantor agak "koplak" jadilah mereka memberi julukan Camelia sama gadis itu. :(

It's funny.. :3

Rabu, 22 Februari 2012

Apa Kabar so.cl?

Situs jejaring sosial besutan Microsoft dengan alamat www.so.cl memang sudah saya cicipi, saya mendapatkan invitation dari teman-teman yang biasa saya temui di Google +. Dulu memang hanya tersedia login dengan menggunakan akun Facebook. User yang mendapatkan invitation berhak untung melakukan invite terhadap 10 teman yang lain, invitation sendiri akan berdasarkan email.

Hari ini saya coba kembali untuk melakukan login, namun sepertinya ada pemandangan yang berbeda, entah saya yang dulu tidak memperhatikan atau memang baru kali ini ada.

Kini user yang ingin mencoba situs jejaring sosial ini bisa login dengan menggunakan akun Windows Live mereka. Wah saya pikir ini sebuah perubahan yang cukup lambat, ini pikiran saya lho ya.. :D namun sayangnya setelah saya berusaha untuk login dengan akun Hotmail, ada pesan seperti berikut ini:

Wah, nampaknya memang belum terbuka untuk umum, hanya sebatas untuk akun-akun yang sudah mendapatkan invitation. :D Akhirnya saya baru bisa masuk ke www.so.cl menggunakan akun Facebook.
Untuk yang penasaran dengan tampilannya silahkan lihat gambar berikut:

Ada satu hal lagi yang aneh, terakhir akun so.cl yang saya gunakan, saya hanya sisakan satu invitation tapi sekarang saya masih punya sisa 10 invitation lagi. :D
Microsoft terkadang susah di mengerti.. Huaa.. ~MTASuandi

Screenshot Android App

Android yang kini sukses dengan begitu banyaknya user di Indonesia memang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan Sistem Operasi lain, terutama dengan tersedianya Market yang berisi applikasi-applikasi pendukung untuk menunjang penggunanya, rata-rata semua aplikasi bisa didapatkan secara gratis, meskipun terkadang untuk memiliki fasilitas lebih Anda harus melakukan upgrade ke Applikasi yang berbayar. 

Walaupun demikian tetap ada applikasi berbayar yang bisa Anda download dengan gratis, salah satunya melalui Blapmarket. Sebagai user Android sudah seharusnya Anda memiliki insting kecurigaan terhadap applikasi-applikasi berbayar yang bisa diunduh dengan gratis, mungkin saja applikasi tersebut sudah disusupi kode-kode jahat sebagai spyware terhadap handset yang Anda miliki.

Minggu-minggu ini saya sempat melakukan sedikit review terhadap salah satu applikasi yang ada di Android Market, yaitu Screenshot yang di develop oleh Kastor Soft. Sebetulnya saya sempat juga menggunakan applikasi ini dan memang semuanya berjalan dengan lancar, namun setelah melihat user review dari Android Market ada sedikit kecurigaan.

Ada user yang mengatakan bahwa applikasi tersebut ternyata mengandung malware, dan merubah settingan dari internet Anda, untuk masalah merubah settingan internet sayapun pernah mengalaminya, namun tetap bisa dikembalikan seperti biasa. Saya sempat menginstall Easy Battery Saver, applikasi ini merubah settingan APN menjadi settingan default, untuk Anda yang menggunakan tarif APN standar atau GPRS mungkin tidak jadi masalah, namun bagi saya yang menggunakan paket internet yang mengharuskan settingan APN dirubah pastilah akan bermasalah, karena yang akan terjadi adalah pulsa habis dengan sangat cepat. :(

So, balik lagi untuk review Screenshot app, saya sendiri selama menggunakan applikasi ini belum pernah menemukan hal yang aneh, begitu juga dengan antivirus lookout yang saya gunakan di HH android, tidak menunjukkan jika applikasi ini memang dijangkiti oleh sebuah program spyware. Sebetulnya  ada cara untuk dapat melakukan monitoring terhadap proses yang berjalan dari sebuah apllikasi. Berdasarkan perbincangan saya dengan teman yang merupakan Android Developer, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menginstall apk dari applikasi tersebut via Android Emulator. Selanjutnya Anda tinggal masuk ke Developer Tools yang ada di Android Emulator dan masuk ke Terminal Emulator, dari sini anda tinggal menjalankan applikasi yang ingin anda ketahui log prosesnya seperti apa saja. Saya sendiri belum pernah mencobanya, hanya sebatas mendiskusikan ini dengan teman sesama developer. :)

Cara yang paling mudah dalam mempercayai sebuah applikasi adalah dengan adanya antivirus di HH yang Anda gunakan, setidaknya ini dapat meminimalisir masuknya program-program jahat yang sengaja di sebarkan melalui applikasi. Mengingat perkembangan applikasi Android saat ini sudah berkembang sangat pesat, tentunya waspada adalah cara yang terbaik untuk upaya mencegah menyusupnya aplikasi-aplikasi jahat. ~MTASuandi

Selasa, 21 Februari 2012

Anak Kecil didepan Minimarket


Prosesi dalam menjalani profesi sebagai IT Development di sebuah perusahaan berbasis IT di Jakarta terkadang membuat saya bosan dan jenuh, untuk itu setiap weekend saya membiasakan diri untuk sekedar jalan-jalan, untuk saya jalan-jalan bukan hanya sebatas menghambur-hamburkan uang dengan Hangout atau mengunjungi tempat-tempat wisata keluar kota, cukup di sekitaran Jakarta, daerah Bekasi tepatnya.

Selain sebagai tempat dulu saya mengenyam pendidikan, tempat ini juga mengandung banyak kenangan akan masa lalu. Terutama di rumah Bibi di daerah Perumnas I Bekasi Barat. Tempat ini punya atmosfer yang membangkitkan suasana hati, obat stress saat masa-masa kegalauan datang melanda, seperti Paracetamol yang dapat menurunkan panas. Tempat ini ramai oleh kolega Bibi yang bekerja di sebagian besar perusahaan-perusahaan sekitar Bekasi, Cibitung dan Cikarang.

Entah latah atau bagaimana, setiap saya kesana saya selalu menyempatkan diri untuk berbelanja cemilan atau minuman di Minimarket yang jaraknya cukup jauh. Selalu ada dua anak kecil tepat di depan pintu Minimarket yang biasanya meminta pengunjung untuk menyisihkan sebagian rejeki mereka, dengan nada yang manja dan muka yang polos mereka berusaha menggoda setiap pengunjung yang keluar dari pintu minimarket.

Entahlah, muka polos dan tingkah laku mereka selalu menggerakkan hati saya untuk memberi, entah itu "banyak" atau "sedikit" malah sempat mereka minta susu tanpa ragu-ragu, mungkin karena terbiasa berinteraksi dengan mereka yang membuat sikap dua bocah kecil itu tak lagi canggung.

Oh ya, dua bocah kecil itu seperti kakak beradik, yang satu perempuan dan satunya yang lebih kecil laki-laki, saya kurang bisa menebak umur mereka berapa, yang pasti kalau mereka sekolah mungkin blm lewat dari kelas 6 SD.
Wah sudah ashar.. lanjut nanti kalau msh ada mood.. :(

Untitled



Nada-nada itu akan terhenti, mungkin cukup sampai disini. Berakhir dalam kesendirian dan sedikit kekecewaan.

I'm Sorry if I hurt u
I'm Sorry if I made u blue
I'm Sorry if I couldn't help u
I'm Sorry if I made those tears come outta ur eyes
I'm Sorry I didn't mean to
 
 

Kamis, 16 Februari 2012

3 Hari setelah do'aku

Tragis, mungkin iya. Mengenaskan, ah mungkin ini terlalu berlebihan. Tapi inilah masa-masa kegalauanku, lagi dan lagi, untuk yang kesekian kalinya. Untukku jatuh cinta adalah mimpi buruk, mungkin terlalu berlebihan tapi itu memang fakta yang tak terbantahkan.

Saat do'aku terkabulkan harusnya ada secercah perasaan senang dan bersyukur, tapi entahlah untuk yang satu ini hatiku menangis meskipun mataku tak sanggup atau mungkin lupa cara untuk menangisi cinta. Kepergian yang semu, semu karena aku masih bisa melihatnya meski hanya lewat dunia maya. 

Orang bilang jatuh cinta itu indah, oh.. sayangnya hukum ini tidak berlaku untukku, setidaknya untuk saat ini, entah nanti. Mungkinkah suatu saat nanti akan ada seorang puteri yang membangunkan seorang pangeran yang tertidur karena sihir. Ouch.. ini bahkan bertentangan dengan legenda yang biasa diceritakan sewaktu usiaku masih kecil.

Bayang-bayang akan kegalauan senantiasa merasuki perasaanku ketika cinta tiba-tiba hadir, entah darimana asalnya, mungkin ada yang sengaja membuangnya untuk kutemukan dan kuratapi seorang diri. :(
Kini, peristiwa yang hampir sama seperti tahun-tahun yang lalu terulang kembali.

I feel lonely, honey. Kusempatkan hati ini untuk jatuh pada bidang hatimu disaat yang sangat-sangat tidak tepat, seharusnya aku tahu ini akan terjadi 4 bulan yang lalu, ketika obrolan kita masih dipenuhi canda tawa. Untuk kali ini aku telat membaca tandaMu ya Allah. Aku terlena akan kenyamanan yang ada saat itu.

Perasaanku berkecamuk saat mengetikkan "Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Semoga hubungan rumah tangganya diberkahi sama Allah SWT" kau tak tahu bahwa tangan dan hati ini bergetar. Nafas ini sesak untuk sesaat, aku lelah dengan hati yang terus menerus dihampiri oleh kekecewaan.
Untukku bukan kali ini harus kehilangan orang yang spesial.

Ini memang gila, aku tak pernah menyalahkan keadaan, mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk kurengkuh hikmahnya, ataukah mungkin ini bentuk adzab yang Allah turunkan ada dosa-dosaku dimasa kelam. Wallahu'alam, aku hanya bisa berdiam diri membaca istighfar, meratapi roda nasib yang senantiasa terus berputar, tangan ini masih bergetar, ratapan mata ini masih nanar ketika ku ketikkan "Titip salam buat suami". Mungkin seharusnya emoticon senyum itu kuganti dengan emoticon menangis, tapi tenang, itu takkan kulakukan dihari-hari bahagiamu. Selamat menempuh hidup baru.

Minggu, 12 Februari 2012

Mencintaimu Dalam Diam


Hi dear,

Rasanya cukup melalui sebuah tulisan dapat kusampaikan rasa perhatian ini, mungkin ada sedikit rasa sayang padamu, yah.. padamu.. orang yang kukenal dari sebuah jejaring sosial besutan Google. tak ada yang mustahil rasanya untuk mencintaimu, yah mungkin saja bisa disebut seperti itu, aku sendiri bingung dengan perasaan ini, aku hanya tak mau keintiman komunikasi ini menjadi ladang dosa untukku dikemudian hari. Hanya mencintaimu dalam diam yang bisa kulalukan, tanpa sepengetahuanmu, hanya aku dan Tuhanku. biarkan kisah ini menjadi eksklusif, tertutup sampai kau pun tak tahu makhluk apa yang sedang jatuh hati padamu sekarang.

Akhir-akhir ini yang kurasakan adalah sebuah kesendirian, tiba-tiba kumerindukan suaramu, kumerindukan nada anak kecilmu, kumerindukan nada whatsapp, chat, sms ataupun telpon darimu, ingin rasanya ku menghubungimu sekedar untuk bertanya kabar, sekedar untuk mendengar kebawelanmu yang menjadi rasa manis dalam berkomunikasi. sungguh kumerindukan itu, merindukan tanpa ada keberanian untuk mengungkapkannya. itulah aku. sifatku yang terlanjur pemalu menjadi halangan sekaligus bentengku.

Tak ada penyesalan dalam diriku telah mengenalmu, bertukar pikiran dan pendapat tentang arti hidup ini, mengingatkanku akan peristiwa beberapa tahun yang lalu, namun kini dengan orang yang berbeda, kamu. Sudah cukup lama aku tak menggoreskan atau mengetikkan kata-kata cinta, kini untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya kau memaksaku untuk bersikap seperti ini, pikiranku yang terjangkit virus cintamu mengantarkan jemari ini untuk mengetik huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat menjadi rangkaian sebuah cerita, yang mungkin nanti bisa kukenang sebagai pengalaman masa mudaku.

Sungguh aku tak berani untuk jauh lebih dalam mencintaimu, untukku ini belum waktunya, aku takut dosa senantiasa menghampiriku, menjadi beban pikiranku melebihi pikiranku tentangmu. menjadi benalu yang senantiasa setia menggerogoti amal ibadahku yang tipis, aku takut pada Allah ku.
Biarkan saja cinta ini terpendam sampai suatu saat nanti mungkin Allah SWT mempertemukan kita dalam sebuah ikatan suci, pernikahan. itulah saat yang paling tepat untuk melanjutkan cinta ini.
Sempatkan cinta ini bersemai dihati, untuk kemudian lupakan dan berharap Allah memberikan jodoh yang terbaik untukku.

Semoga Allah SWT memaafkanku untuk dosa-dosaku karena telah mencintaimu. Aamiin.