Masih bingung untuk menuliskan apa, entah kenapa sempat terpikirkan untuk menutup blog ini dari akses publik, meskipun cuma satu hari rasanya tetap saja berbeda. Melihat traffic blog yang blong sama sekali tanpa pengunjung cukup memecut rasa untuk menulis jauh lebih baik.
This is my story, dengan blog setidaknya ada maksud yang tersampaikan, meskipun kadang membias untuk siapa tulisan dalam sebuah blog ditunjukkan, ah pecundang sekali rasanya, bahkan dalam tulisanpun tak berani untuk menyebutkan nama atau sekedar sebuah inisial sebagai sign untuk pembaca. Mendengar kata pecundang seperti bercermin dalam genangan air yang jernih, memantulkan bayangan dengan cukup jelas meski masih remang-remang oleh riak air. Urusan cinta memang urusan yang rumit, bahkan jauh lebih rumit dari sekedar memahami bahasa pemrograman.
Cinta akan selalu setia menemani setiap jejak langkah kaki manusia, menyinari mereka yang sedang dalam kegelapan, memberikan pelepas dahaga untuk mereka yang haus akan kasih sayang. Bahkan Einstein pun tak meluputkan kata-kata bijak dan pola berpikirnya akan cinta. Simak kalimat-kalimat berikut:
Selagi ada cinta tidak perlu ada lagi pertanyaan
Ketika kamu sedang berkencan dengan seorang gadis yang menyenangkan sejam terasa seperti sedetik.
Jangan salahkan grativasi jika kau jatuh cinta.
Keindahannya terkadang memabukkan, seperti tuak yang tak henti-hentinya untuk diminum. Terkandung nada-nada keagungan cinta dalam setiap ciptaan Tuhan. Allahu Jamil Yuhibbul Jamal (Allah itu indah, dan menyukai keindahan) bumi Allah ciptakan dengan segenap keindahan yang terkandung didalamnya, membentuk sebuah panorama yang tak henti-hentinya untuk memanjakan mata ummatNya. Langit ditaburi dengan milyaran bintang dan galaxy-galaxy yang berpendar seiring berjalannya waktu. Bahkan dalam dingin yang menyelimuti kutub utara, terdapat aurora borealis dengan keindahan warnanya.
Saat ini ada cinta yang terpendam, sesuatu yang sangat dalam terasa ketika namanya terbaca atau sekedar terdengar di telinga. Ini tentang sebuah kisah cinta yang mungkin lebih layak disebut sebagai kisah pecundang. Pecundang karena hanya untuk berbicara langsung saja tak punya nyali. Tapi ini cinta yang penuh dengan etika, meskipun terkadang nafsu setan menggoda iman yang semakin keropos.
Do You Know? Saat tulisan pada tanggal 12 Februari di blog ini ditulis, ada rasa yang mulai merasuk kedalam hati, ada rasa hangat yang menyelimuti hanya dengan terdengar atau terbaca namamu dalam barisan stream-stream google+, dalam kicauan twitter, dalam birunya Facebook. Do You Know? disaat yang sama ada rasa kehilangan, ada rasa sepi saat seharian belum terdengar nada whatsapp, pesan masuk atau sekedar bunyi Buzz dari chat. Do You Know? ada naluri yang tiba-tiba bangkit dengan sendirinya. Naluri untuk mengatakan kata-kata indah, menuliskan goresan-goresan cinta dalam lembaran-lembaran baru kehidupan.
Do You Know? tiga hari kemudian tanpa disangka ada sebuah fakta yang mengejutkan, fakta yang sampai saat ini belum bisa diterima dengan akal sehat ataukah mungkin hanya tertutupi oleh cinta yang semakin membuta. Butiran-butiran kasih sayang yang berusaha dirangkai tiga hari sebelumnya harus dan memang dipaksa untuk dicerai-beraikan. Islam melarang meminang wanita yang sudah dipinang oleh orang lain sampai dia memberi keputusan atas pinangan tersebut. Lalu bagaimana..? melanjutkan rasa cinta yang ada hanya akan menambah pundi-pundi dosa. Meskipun terkadang sikapmu yang seperti meminta untuk disayangi, meminta untuk selau diperhatikan. Ataukah mungkin memang sikapmu seperti itu? Kedekatan kita saat ini seperti dalam kondisi yang dilematis, disatu sisi rasanya sulit untuk mengeyahkan rasa sayang ini dalam waktu sekejap, ditambah lagi dengan intensnya komunikasi denganmu. Namun disisi lain, rasa takut akan dosa ini sungguh teramat besar. Naluri sehat ini seperti menolak fakta bahwa kau telah menikah saat ini, menjadi istri sah dari orang yang tentunya kau cintai bukan..?
I'm not a perfect person terlalu banyak kekurangan dalam diri ini, sungguh hati ini tertunduk dalam istighfar karena jatuh cinta dalam bidang hatimu. Hati ini menikmati setiap komunikasi intens denganmu yang semakin memudarkan fakta bahwa kini kau seorang istri. Pertemuan kita waktu itu di Bandung hanya semakin menumbuhkan benih-benih cinta yang tertanam, kehadiranmu yang tiba-tiba seperti pupuk yang semakin menyuburkan tanaman cinta dalam sebidang lahan hati.
0 comments:
Posting Komentar