Sulit memang ketika dalam kondisi mengharuskan untuk percaya pada hal yang bertentangan dengan apa yang ada dalam lubuk hati kita
Seperti halnya apa yang saya alami saat ini, jatuh cinta. Saya kira wajar untuk jatuh cinta, tentunya dengan lawan jenis. Namun sayangnya kisah cinta saya kali ini harus berakhir dengan kekecewaan, lagi. Entah kenapa dalam urusan percintaan sepertinya saya punya nasib yang kurang beruntung atau bisa dibilang lebih sering berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Hehe.. :D
Lanjutkan saja rasa cinta yang mungkin sekarang ada pada benak Anda pada orang-orang yang Anda cintai, biarkan energi positifnya mengaliri darah. Sayang sekali cinta saya kali ini tak mungkin untuk diteruskan karena orang yang saya cintai sudah menikah dengan pria lain. Ada rasa kehilangan memang, terlebih saya mulai merasakan jatuh cinta pada saat belum mengetahui fakta bahwa ia telah menikah.
Sebuah keterlambatan yang tak perlu disesali karena ini merupakan sebuah kewajaran. Sebuah keadilan yang mungkin Allah berikan untuk saya pada kisah kali ini. Bukankah lebih pantas menikah dengan orang yang telah ia kenal dan berpacaran selama kurang lebih delapan tahun daripada dng orang yang baru ia kenal beberapa bulan saja..? Meskipun dalam hal mejalin hubungan waktu tidak selalu menentukan tapi setidaknya saya kira hukum yang berlaku di dunia percintaan memang seperti itu.
Punya hak apa saya sebagai orang baru untuk merebut ia yang telah terikat oleh suatu ikatan suci.? Sungguh itu sebuah kenistaan. Penyesalan adalah hal mutlak yang mungkin harus saya rasakan saat ini, entah harus menyesal karena berkenalan dan jatuh hati padanya, ataukah menyesal karena tidak bisa menikah dengannya.? Ini bahkan masih menjadi misteri atau setidaknya kebimbangan bagi saya pribadi. :)
Let it flow, itulah kata-kata khas yang biasa saya dengan darinya. Membiarkan hidup ini mengalir apa adanya. Meskipun sebetulnya saya tidak sepenuhnya setuju dengan kata-kata tersebut. lebih terkesan memasrahkan diri terhadap aliran sungai yang tak menentu. Kenapa tak berusaha saja untuk melawan arus..? atau setidaknya tidak harus selamanya seperti air yang mengalir tak tentu arah.
Merasakan kehilangan akan gadis yang saya cintai bukan hal asing, setidaknya bagi saya pribadi yang sering gagal dalam urusan ini. Cinta demi cinta berlalu begitu saja tanpa ada response yang positif akan sebuah penerimaan. Hanya sikap perhatian yang terkesan untuk sekedar berbasa-basi tentang manisnya kehidupan. Semuanya hanyalah fatamorgana, setidaknya hingga sampai saat ini.
Berusaha untuk mencerna sebuah cerita yang baru saja terjadi, ada hal baru yang setidaknya bisa saya pelajari, bahwa hati manusia akan sulit menerima sebuah fakta yang bertentangan dengan apa yang dirasakan dengan hatinya. Seperti saya yang masih belum percaya ia telah menikah hanya karena sikap manisnya yang sering terumbar. Sebuah sensitifitas yang tinggi.
Sikap manisnya sering membuat saya tertunduk beristighfar sambil menikmati kelembutan suaranya, menikmati sentuhan tangannya meski tanpa bersentuhan secara fisik. Dilema, dilema dan dilema yang dirasakan lagi-lagi memudarkan fakta bahwa statusnya kini menjadi seorang istri. Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia, semoga secepatnya Allah memalingkan hati ini dari sebutir perhatian darinya yang semakin menumbuhkan benih-benih cinta yang tertanam.
Ah.. kenapa harus ada cinta..? Sungguh ini jauh lebih rumit dari sekedar Programming Language.
Ah.. kenapa harus ada cinta..? Sungguh ini jauh lebih rumit dari sekedar Programming Language.
0 comments:
Posting Komentar